Judul : My Partner
Penulis : Retni SB
Penerbit
: Gramedia Pustaka Utama
Desain
dan Ilustrasi cover : maryna_design@yahoo.com
Tahun
Terbit : 2012
Jumlah
halaman : 288 halaman
Sinopsis
Sudah
jatuh, ketimpa tangga, ketumpahan cat, kepeleset, terjungkal masuk sumur, lecet
benjol, berdarah-darah, kemudian dicaplok buaya nganga. Begitulah perumpamaan
kisah hidup Tita sekarang. jungkir balik, berantakan secara mengerikan.
Ini
bukan mimpi! Papanya dianggap koruptor, jadi tumbal dan masuk penjara. Efeknya?
Mama harus dirawat karena depresi, adik mogok sekolah, pacar menghilang,
sahabat menjauh, dan ujung-ujungnya, semua asset keluarga disita guna membayar
ganti rugi Negara. Seperti belum cukup, dia masih harus berhadapan dengan Dido:
cowok keren berkedok dewa yang nyaris melahapnya!
Ini
bukan sinetron! Karenanya Tita tak sampai banker air mata hingga ratusan
episode. Dia harus tetap berdiri tegak untuk melanjutkan hidup. Dia harus bisa
tertawa cerah bagai mercusuar di gelap kehidupan keluarganya. Apalagi akhirnya
dia tahu, ada seseorang yang tak membiarkannya sendirian tergulung badai.
Seseorang yang tanpa disadarinya, selama ini telah menjaganya.
Ini novel kedua dari Retni SB yang kubaca. Sama
dengan Dimi Is Married, buku ini pun juga memiliki keistimewaan yang nanti akan
aku ulas. Sebelumnya aku ingin membahas yang lainnya dulu. Aku sudah tidak
sabar mengulas tokoh-tokohnya.
Tita. Kesan awal yang aku dapatkan dari gadis ini
adalah manis, cantik, lugu, hidupnya selalu aman-aman saja, dilimpahi dengan
sejuta kasih sayang dari orang-orang terdekatnya, namun agak gengsian. Setelah
ditimpa masalah hokum ayahnya, dia begitu terkejut dan tidak terima. Seketika
hidupnya menjadi kacau. Mulai dari teman-teman yang menjauhinya, hingga kekasih
yang memutuskannya, pun ketika Dido yang mengiming-iminginya dengan bantun yang
memang sangat dibutuhkannya. Karena keluguannya, dia tidak menyadari niat jahat
dari cowok keren itu. Di situlah dia mulai melihat Jodik. Cowok yang selama ini
dia tampik, selalu mengundang pertengkaran, dan selalu melemparkan kalimat
sarkastik untuknya. Awalnya Tita tidak suka. Tita yang selama ini menganggap
dirinya cantik dan sangat lumayan untuk dijadikan pacar merasa tidak istimewa
di depan cowok sangar itu. Gengsinya yang selangit membuatnya tidak rela
diperlakukan seperti cewek biasa.
Bicara tentag Jodik. Cowok ini memang agak beda. Dia
tidak biasa berbicara manis kepada cewek, penampilannya yang garang pun seakan
mendukung semuanya. Walau begitu, dia tetap menyimpan sisi lembut, buktinya
dialah yang selalu setia, selalu ada untuk Tita walau Tita tidak bisa melihat
itu dengan mudah. Dari deskripsi penulis, aku tidak bisa menyimpulkan bahwa
cowok ini keren seperti Garda (Dimi Is Married), namun justru itulah sisi
menariknya bagiku. Cowok yang apa adaya, tidak neko-neko tapi tetap konsisten.
Memang cocok dan pas untuk dijadikan pendamping di segala macam situasi,
apalagi di situasi kacau seperti yang dialami Tita.
Keistimewaan yang aku dapatkan dalam kisah kali ini
yaitu diangakatnya keadaan yang sudah mendarah daging di negara ini. Korupsi.
Melalui kasus ayah Tita, aku jadi tahu bahwa yang tampak di depan mata bisa
jadi bukanlah sesungguhnya. Walau buku ini fiksi, tapi aku yakin keadaan ini
pun memang berlaku di kalangan pemerintah, pengusaha dan pejabat. Ngeri!
“Ini
karena Papa nggak bisa bayar kerugian Negara sebesar 110 miliar. Biar segala
macam rumah mobil sampe panci-piring dihitung ya nggak bakalan nyampe angka
segitu. Tahu kenapa?”
Dido
menggeleng. Dia meneguk ludah.
“Tentu
aja karena Papa nggak pernah makan duit itu untuk memperkaya diri! Papa kan
cuma dikorbanin, biar orang-orang atasnya selamat!”
(Halaman 127)
Di buku ini kita tidak akan mendapat dialog
romantis. Apalagi dari sisi Jodik. Jangan harap, deh! Tapi, tapi, tapi… dari
kalimatnya yang sederhana dan serius, aku sempat tersenyum malu, loh. Ini
buktinya:
“Aku
nggak pengin pacaran. Aku pengin menikah. Supaya lebih leluasa ngapa-ngapain.” (Halaman
255)
Dan
“Tapi
berkat kekurangajaran Dido, aku jadi berani mengambil langkah. Aku jadi kembali
fokus pada apa yang sebenarnya kuinginkan dan kuprioritaskan. Kamu.” (Halaman
257)
Duh, damainya jika semua cowok seperti Jodik. Aku
juga mauuuu…
Mengenai penuturan penulis, sama dengan Dimi Is
married. Tetap to the point. Walau
begitu perumpamaan yang dipakai terasa fresh. Aku rasa inilah karakter Mbak
Retni selain kisah yang selalu diselipi dengan nilai-nilai social dan moral.
TOP, deh!
Kesimpulannya, novel ini amat layak baca untuk berbagai kalangan.