Jumat, 16 Agustus 2013

[Review] My Partner- Retni SB



Judul   : My Partner
Penulis : Retni SB
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Desain dan Ilustrasi cover : maryna_design@yahoo.com
Tahun Terbit : 2012
Jumlah halaman : 288 halaman



Sinopsis

Sudah jatuh, ketimpa tangga, ketumpahan cat, kepeleset, terjungkal masuk sumur, lecet benjol, berdarah-darah, kemudian dicaplok buaya nganga. Begitulah perumpamaan kisah hidup Tita sekarang. jungkir balik, berantakan secara mengerikan.
Ini bukan mimpi! Papanya dianggap koruptor, jadi tumbal dan masuk penjara. Efeknya? Mama harus dirawat karena depresi, adik mogok sekolah, pacar menghilang, sahabat menjauh, dan ujung-ujungnya, semua asset keluarga disita guna membayar ganti rugi Negara. Seperti belum cukup, dia masih harus berhadapan dengan Dido: cowok keren berkedok dewa yang nyaris melahapnya!
Ini bukan sinetron! Karenanya Tita tak sampai banker air mata hingga ratusan episode. Dia harus tetap berdiri tegak untuk melanjutkan hidup. Dia harus bisa tertawa cerah bagai mercusuar di gelap kehidupan keluarganya. Apalagi akhirnya dia tahu, ada seseorang yang tak membiarkannya sendirian tergulung badai. Seseorang yang tanpa disadarinya, selama ini telah menjaganya.

Ini novel kedua dari Retni SB yang kubaca. Sama dengan Dimi Is Married, buku ini pun juga memiliki keistimewaan yang nanti akan aku ulas. Sebelumnya aku ingin membahas yang lainnya dulu. Aku sudah tidak sabar mengulas tokoh-tokohnya.
Tita. Kesan awal yang aku dapatkan dari gadis ini adalah manis, cantik, lugu, hidupnya selalu aman-aman saja, dilimpahi dengan sejuta kasih sayang dari orang-orang terdekatnya, namun agak gengsian. Setelah ditimpa masalah hokum ayahnya, dia begitu terkejut dan tidak terima. Seketika hidupnya menjadi kacau. Mulai dari teman-teman yang menjauhinya, hingga kekasih yang memutuskannya, pun ketika Dido yang mengiming-iminginya dengan bantun yang memang sangat dibutuhkannya. Karena keluguannya, dia tidak menyadari niat jahat dari cowok keren itu. Di situlah dia mulai melihat Jodik. Cowok yang selama ini dia tampik, selalu mengundang pertengkaran, dan selalu melemparkan kalimat sarkastik untuknya. Awalnya Tita tidak suka. Tita yang selama ini menganggap dirinya cantik dan sangat lumayan untuk dijadikan pacar merasa tidak istimewa di depan cowok sangar itu. Gengsinya yang selangit membuatnya tidak rela diperlakukan seperti cewek biasa.
Bicara tentag Jodik. Cowok ini memang agak beda. Dia tidak biasa berbicara manis kepada cewek, penampilannya yang garang pun seakan mendukung semuanya. Walau begitu, dia tetap menyimpan sisi lembut, buktinya dialah yang selalu setia, selalu ada untuk Tita walau Tita tidak bisa melihat itu dengan mudah. Dari deskripsi penulis, aku tidak bisa menyimpulkan bahwa cowok ini keren seperti Garda (Dimi Is Married), namun justru itulah sisi menariknya bagiku. Cowok yang apa adaya, tidak neko-neko tapi tetap konsisten. Memang cocok dan pas untuk dijadikan pendamping di segala macam situasi, apalagi di situasi kacau seperti yang dialami Tita.
Keistimewaan yang aku dapatkan dalam kisah kali ini yaitu diangakatnya keadaan yang sudah mendarah daging di negara ini. Korupsi. Melalui kasus ayah Tita, aku jadi tahu bahwa yang tampak di depan mata bisa jadi bukanlah sesungguhnya. Walau buku ini fiksi, tapi aku yakin keadaan ini pun memang berlaku di kalangan pemerintah, pengusaha dan pejabat. Ngeri!

“Ini karena Papa nggak bisa bayar kerugian Negara sebesar 110 miliar. Biar segala macam rumah mobil sampe panci-piring dihitung ya nggak bakalan nyampe angka segitu. Tahu kenapa?”
Dido menggeleng. Dia meneguk ludah.
“Tentu aja karena Papa nggak pernah makan duit itu untuk memperkaya diri! Papa kan cuma dikorbanin, biar orang-orang atasnya selamat!” (Halaman 127)

Di buku ini kita tidak akan mendapat dialog romantis. Apalagi dari sisi Jodik. Jangan harap, deh! Tapi, tapi, tapi… dari kalimatnya yang sederhana dan serius, aku sempat tersenyum malu, loh. Ini buktinya:

“Aku nggak pengin pacaran. Aku pengin menikah. Supaya lebih leluasa ngapa-ngapain.” (Halaman 255)

Dan

“Tapi berkat kekurangajaran Dido, aku jadi berani mengambil langkah. Aku jadi kembali fokus pada apa yang sebenarnya kuinginkan dan kuprioritaskan. Kamu.” (Halaman 257)

Duh, damainya jika semua cowok seperti Jodik. Aku juga mauuuu… 
Mengenai penuturan penulis, sama dengan Dimi Is married. Tetap to the point. Walau begitu perumpamaan yang dipakai terasa fresh. Aku rasa inilah karakter Mbak Retni selain kisah yang selalu diselipi dengan nilai-nilai social dan moral. TOP, deh!
 Kesimpulannya, novel ini amat layak baca untuk berbagai kalangan.