Pemburu yang baik tidak
harus bisa melihat. Pemburu yang baik adalah yang bisa mengetahui kelebihan dan
kelemahannya. Melatih kelebihannya, sekaligus mengatasi kelemahannya. (Halaman
204)
Raib,
Seli dan Ali adalah anak remaja yang memiliki kekuatan tidak biasa. Keberanian
dan tekad bulat mengantarkan mereka berpetualang ke beberapa klan, yang
tentunya harus menghadapi berbagai rintangan.
Masih
melanjutkan kisah dari buku Komet, Komet Minor ini menceritakan perjuangan
Raib, Seli, dan Ali dalam menghalangi ambisi Tanpa Mahkota untuk menguasai
kekuatan paling besar di seluruh klan. Dengan kehadiran Batozar, cerita mereka
semakin seru dan menegangkan.
Jika
di buku-buku sebelumnya ketiga remaja ini selalu memulai cerita di klan Bumi
(dengan Ali yang tetap setia membuat ulah), maka buku kali ini dimulai di pintu
Komet Minor, melanjutkan pemburuan senjata pusaka yang dimulai di buku Komet.
Jadi bisa dikatakan petualangan berlomba dengan Tanpa Mahkota lebih membutuhkan
banyak waktu dibanding dengan petualangan lainnya. Mungkin karena bagian ini lah puncak masalahnya.
Kali
ini saya tidak akan mengulas banyak isi cerita, takut keterusan dan berakhir
menjadi spoiler. Saya lebih tertarik mengungkap alasan kenapa tidak bosan
membaca seri Bumi ini yang entah kapan selesainya.
Di
tengah meledaknya novel-novel remaja beraliran romansa, Tere Liye tetap setia
mengusung tema yang beda, berani dan terdidik, yang jika menurut saya,
buku-bukunya memang layak dipajang di rak perpustakaan sekolah. Bukan berarti
buku lain tidak layak, hanya saja saya memang memimpikan anak-anak remaja mencontohi
keteguhan Raib, ketangguhan Seli, dan ketenangan
Ali.
Sebenarnya
beberapa menganggap semua seri Bumi tidak cocok untuk remaja dari segi bahasa,
mungkin karena gaya tulisan Tere Liye yang memang tidak akan sama dengan Pidi
Baiq atau Rintik Sedu, tapi itu tergantung dari selera pembacanya, toh di buku
ini saya sama sekali tidak menemukan istilah berat seperti di buku Negeri Para
Bedebah, Negeri di Ujung Tanduk atau Tentang Kamu.
Salah
satu bukti Tere Liye cukup perhatian dengan tren remaja di buku ini adalah
adanya istilah ‘galau’ dan ‘baperan’ yang dimunculkan oleh Batozar. Oh,
ngomong-ngomong soal Batozar, manusia seram ini ternyata sudah bisa melucu,
bahkan kalimatnya tidak terbolak-balik lagi. Dan yang lebih jelas, dia semakin
badas! Super badas, kata Ali.
Ali?
Ada fakta baru tentang cowok ketombean ini. Tentang asal-usul keluarganya.
Tentang asal-usul kekuatannya. Sementara itu Raib masih bingung siapa orangtua
kandungnya.
“Apa
itu definisi keluarga? Aku tidak tahu. Aku lebih memilih menjalaninya. Mengusir
rasa takut kehilangan. Mengusir rasa takut pulang, takut menyingkap semua masa
lalu. Atau mengusir rasa takut jika esok lusa kekecewaan akan datang. Mengusir
semuanya, lantas memeluknya dengan erat. Maka hari ini, inilah keluargaku. Aku
menjalaninya, tidak akan pernah pusing apa definisinya. Itulah keluarga
menurutku.” (Halaman 283)
Ali
benar, kebanyakan dari kita terlalu memusingkan suatu defenisi, sesuatu yang
rumit, padahal kita bisa tinggal menjalaninya saja. Apalah arti definisi, jika
hakikatnya bisa kita rasakan?
Buku
ini rupanya bukan seri terakhir, menurut bocoran dari Tere Liye, masih akan ada
Nebula (kisah orangtua Raib), Proxima Centauri (dengan tokoh-tokoh yang
berbeda) dan si Putih (kucing kesayangan Raib). Semoga seri berikutnya tidak
mengecewakan. Hehe.
Selain
mengajarkan persahabatan sejati, pengorbanan, dan ketulusan, buku ini juga
memberikan hiburan tersendiri, apalagi untuk pembaca yang menyukai genre
fantasi. Meskipun buku ini berada di segmen remaja, kamu yang menyukai cerita
petualangan tidak ada salahnya untuk membaca. Tidak perlu membeli, cukup
meminjam buku dari teman, atau di perpustakaan online. Seperti kata penulisnya,
dia tidak akan bangkrut jika kamu tidak membeli buku-bukunya.
Selamat membaca!