Judul Buku :
Mencarimu
Pengarang :
Retni S.B.
Penyunting :
Nunung Wiyati
Perancang Sampul : Joko Supomo
Penerbit :
Bentang Pustaka
Tahun Terbit :
Mei 2014
Tebal Halaman : 298 Halaman
Di tengah pencarian Matahari
menemukan ayah biologisnya, dia bertemu dengan Rakho yang merupakan senior di
tempat kerja barunya. Pendekatan yang cukup singkat tidak lantas membuat
keduanya menahan rasa yang mereka yakini bernama cinta. Keduanya pun sepakat
untuk jadian walau dengan cara sederhana.
Perjalanan asmara mereka ternyata
tidak semudah mereka merasakan cinta, karena Matahari menemukan fakta bahwa
ayah Rakho adalah ayahnya juga, yang berarti Rakho dan dirinya adalah saudara
kandung. Di tengah kenyataan yang tidak mudah diterima, Matahari masih
merahasiakan masalah itu dari Rakho. Tetapi karena perubahan sikap Matahari
yang mendadak minggat dari kehidupan Rakho, justru membuat Rakho cemas dan
mencari gadis itu, hingga berujung mendapatkan kenyataan yang membuatnya patah
hati dalam sekejap.
Mau tidak mau, Matahari dan Rakho
harus membenahi hatinya kembali. Rakho menyibukkan diri dengan bertualang
hingga keliling dunia, sementara Matahari resign dari tempatnya bekerja dan
kembali kepada kesibukan teaternya yang pernah dia tinggalkan. Perjuangan
mematikan cinta mereka akhirnya berbuah manis. Rakho menemukan kembali
perempuan yang bisa membuatnya kembali bergairah, sedangkan Matahari menemukan
cinta itu dalam diri sahabat yang memang sudah sejak lama mencintainya.
Well,
cuma segitu gambaran cerita yang ingin saya bagi. Saya tidak berani mengatakan
cerita ini berakhir dengan happy ending, karena itu tergantung dengan
penerimaan dan selera pembaca. Tapi bagi saya, novel ini patut saya beri bintang
sebanyak empat, walau awalnya saya yakin novel ini belum bisa menggantikan posisi
His Wedding Organizer di hati.
Tapi
ternyata, oh ternyata… novel ini sukses membuat saya sedih, gemas, haru dan
tersipu malu dalam sekali duduk. Saya mendapat sensasi itu lagi. Sensasi yang
terasa ketika saya tidak ingin cepat-cepat menyelesaikan bacaan, walau di sisi
lain rasa penasaran begitu memberontak.
Oke,
lanjut ke penilaian!
Novel
ini sangat saya rekomendasikan buat dibaca, kalau perlu harus dimiliki. Tidak
akan menyesal mengoleksi Mencarimu di rak buku, walau ada beberapa
kekurangannya juga, sih. Salah satunya adalah saya tidak menemukan sudut
pandang dari Owan, padahal menurut saya Owan sangat punya peran penting dalam
pengembangan cerita. Alhasil saya sebagai fans mendadaknya hanya bisa gigit
jari karena penasaran dengan apa yang ada dalam pikirannya. Tapi, biarlah! Saya
juga senang dibuat penasaran.
Mbak
Retni sukses meramu plotnya, walau berakhir dengan lembut tanpa adanya kejutan.
Beda dengan setting/latarnya. Di novel ini settingnya cukup banyak. Beberapa diantaranya
digambarkan dengan detail walau sisanya tidak. Saya tidak menemukan
keistimewaan Nepal seperti Kepulauan Anambas. Walau begitu saya tetap suka,
karena jika semua setting dipaparkan secara detail, maka saya akan merasa
bosan, digurui dan diberi kuliah gratis. Ayolah! Cerita juga butuh dinamika,
bukan? Tapi jangan salah, yang membuat saya terkesima, setiap membaca novel
Mbak Retni, saya selalu merasa ikut berada di tempat-tempat itu. Saya curiga,
jangan-jangan Mbak Retni ini memang seorang backpacker? Karena kalau
tempat-tempat indah itu hanyalah riset, wuah! Maka dia berhak mendapat
penghargaan. Empat jempol, deh! Saya jadi ngiri! Begitu banyak yang saya tidak
tahu tentang keberagaman wisata negeri ini.
Penokohannya
sangat terasa kuat. Masing-masing karakter tidak terasa asing. Karena
cowok-cowok dalam novel Mbak Retni memang sederhana tapi unik. Walau parasnya
tidak digambarkan layaknya Dewa atau pembawaannya yang ala-ala pangeran romantis,
tapi justru itu yang membuatnya terasa nyata, ada di bumi dan (semoga) bisa
ditemukan. Wkwkwk. Saya sungguh terlena dengan karakter Owan. Walau sedikit
ngaco, sinting, preman, jahil, tapi dia memiliki chemistry dari
kesederhanaannya. Menarik. Mohon maaf bagi fansnya Rakho. Bukannya saya pilih
kasih. Tidak. Hanya saja, saya memang tidak begitu tertarik dengan cowok yang
mudah mendapatkan rasa yang bagi saya adalah spesial dan tidak bisa dimiliki
secara instan. Tapi tetap, Rakho cakep, kok. Lagi-lagi ini hanya masalah selera
saja. Saya jadi cemburu setengah mati kepada Matahari, begitu beruntungnya dia
dicintai oleh dua cowok itu, tapi saya rela, karena karakternya yang manis tapi
tidak sok manja adalah poin yang jarang dimiliki cewek jaman sekarang.
Untuk
pesan-pesan dalam novel tidak usah saya jelaskan. Sekedar info saja, Mbak Retni
ini sangat sadar diri. Dia tidak hanya bercerita tanpa peduli dengan mental
pembacanya. Petuah-petuahnya cukup menyentil hati walau disampaikan secara
implisit. Saya jadi merasa telah durhaka kepada negeri sendiri. Jadi malu.