Selasa, 07 Juli 2015

[Review] Mencarimu-Retni SB



Judul Buku      : Mencarimu
Pengarang       : Retni S.B.
Penyunting      : Nunung Wiyati
Perancang Sampul : Joko Supomo
Penerbit           : Bentang Pustaka
Tahun Terbit    : Mei 2014
Tebal Halaman : 298 Halaman


           
            Di tengah pencarian Matahari menemukan ayah biologisnya, dia bertemu dengan Rakho yang merupakan senior di tempat kerja barunya. Pendekatan yang cukup singkat tidak lantas membuat keduanya menahan rasa yang mereka yakini bernama cinta. Keduanya pun sepakat untuk jadian walau dengan cara sederhana.
            Perjalanan asmara mereka ternyata tidak semudah mereka merasakan cinta, karena Matahari menemukan fakta bahwa ayah Rakho adalah ayahnya juga, yang berarti Rakho dan dirinya adalah saudara kandung. Di tengah kenyataan yang tidak mudah diterima, Matahari masih merahasiakan masalah itu dari Rakho. Tetapi karena perubahan sikap Matahari yang mendadak minggat dari kehidupan Rakho, justru membuat Rakho cemas dan mencari gadis itu, hingga berujung mendapatkan kenyataan yang membuatnya patah hati dalam sekejap.
            Mau tidak mau, Matahari dan Rakho harus membenahi hatinya kembali. Rakho menyibukkan diri dengan bertualang hingga keliling dunia, sementara Matahari resign dari tempatnya bekerja dan kembali kepada kesibukan teaternya yang pernah dia tinggalkan. Perjuangan mematikan cinta mereka akhirnya berbuah manis. Rakho menemukan kembali perempuan yang bisa membuatnya kembali bergairah, sedangkan Matahari menemukan cinta itu dalam diri sahabat yang memang sudah sejak lama mencintainya.
           
Well, cuma segitu gambaran cerita yang ingin saya bagi. Saya tidak berani mengatakan cerita ini berakhir dengan happy ending, karena itu tergantung dengan penerimaan dan selera pembaca. Tapi bagi saya, novel ini patut saya beri bintang sebanyak empat, walau awalnya saya yakin novel ini belum bisa menggantikan posisi His Wedding Organizer di hati.
Tapi ternyata, oh ternyata… novel ini sukses membuat saya sedih, gemas, haru dan tersipu malu dalam sekali duduk. Saya mendapat sensasi itu lagi. Sensasi yang terasa ketika saya tidak ingin cepat-cepat menyelesaikan bacaan, walau di sisi lain rasa penasaran begitu memberontak.
Oke, lanjut ke penilaian!
Novel ini sangat saya rekomendasikan buat dibaca, kalau perlu harus dimiliki. Tidak akan menyesal mengoleksi Mencarimu di rak buku, walau ada beberapa kekurangannya juga, sih. Salah satunya adalah saya tidak menemukan sudut pandang dari Owan, padahal menurut saya Owan sangat punya peran penting dalam pengembangan cerita. Alhasil saya sebagai fans mendadaknya hanya bisa gigit jari karena penasaran dengan apa yang ada dalam pikirannya. Tapi, biarlah! Saya juga senang dibuat penasaran.
Mbak Retni sukses meramu plotnya, walau berakhir dengan lembut tanpa adanya kejutan. Beda dengan setting/latarnya. Di novel ini settingnya cukup banyak. Beberapa diantaranya digambarkan dengan detail walau sisanya tidak. Saya tidak menemukan keistimewaan Nepal seperti Kepulauan Anambas. Walau begitu saya tetap suka, karena jika semua setting dipaparkan secara detail, maka saya akan merasa bosan, digurui dan diberi kuliah gratis. Ayolah! Cerita juga butuh dinamika, bukan? Tapi jangan salah, yang membuat saya terkesima, setiap membaca novel Mbak Retni, saya selalu merasa ikut berada di tempat-tempat itu. Saya curiga, jangan-jangan Mbak Retni ini memang seorang backpacker? Karena kalau tempat-tempat indah itu hanyalah riset, wuah! Maka dia berhak mendapat penghargaan. Empat jempol, deh! Saya jadi ngiri! Begitu banyak yang saya tidak tahu tentang keberagaman wisata negeri ini.
Penokohannya sangat terasa kuat. Masing-masing karakter tidak terasa asing. Karena cowok-cowok dalam novel Mbak Retni memang sederhana tapi unik. Walau parasnya tidak digambarkan layaknya Dewa atau pembawaannya yang ala-ala pangeran romantis, tapi justru itu yang membuatnya terasa nyata, ada di bumi dan (semoga) bisa ditemukan. Wkwkwk. Saya sungguh terlena dengan karakter Owan. Walau sedikit ngaco, sinting, preman, jahil, tapi dia memiliki chemistry dari kesederhanaannya. Menarik. Mohon maaf bagi fansnya Rakho. Bukannya saya pilih kasih. Tidak. Hanya saja, saya memang tidak begitu tertarik dengan cowok yang mudah mendapatkan rasa yang bagi saya adalah spesial dan tidak bisa dimiliki secara instan. Tapi tetap, Rakho cakep, kok. Lagi-lagi ini hanya masalah selera saja. Saya jadi cemburu setengah mati kepada Matahari, begitu beruntungnya dia dicintai oleh dua cowok itu, tapi saya rela, karena karakternya yang manis tapi tidak sok manja adalah poin yang jarang dimiliki cewek jaman sekarang.
Untuk pesan-pesan dalam novel tidak usah saya jelaskan. Sekedar info saja, Mbak Retni ini sangat sadar diri. Dia tidak hanya bercerita tanpa peduli dengan mental pembacanya. Petuah-petuahnya cukup menyentil hati walau disampaikan secara implisit. Saya jadi merasa telah durhaka kepada negeri sendiri. Jadi malu.