Sabtu, 10 Agustus 2019

Komet Minor: Tentang Pengorbanan yang Teramat Besar


Pemburu yang baik tidak harus bisa melihat. Pemburu yang baik adalah yang bisa mengetahui kelebihan dan kelemahannya. Melatih kelebihannya, sekaligus mengatasi kelemahannya. (Halaman 204)
Raib, Seli dan Ali adalah anak remaja yang memiliki kekuatan tidak biasa. Keberanian dan tekad bulat mengantarkan mereka berpetualang ke beberapa klan, yang tentunya harus menghadapi berbagai rintangan.
Masih melanjutkan kisah dari buku Komet, Komet Minor ini menceritakan perjuangan Raib, Seli, dan Ali dalam menghalangi ambisi Tanpa Mahkota untuk menguasai kekuatan paling besar di seluruh klan. Dengan kehadiran Batozar, cerita mereka semakin seru dan menegangkan.
Jika di buku-buku sebelumnya ketiga remaja ini selalu memulai cerita di klan Bumi (dengan Ali yang tetap setia membuat ulah), maka buku kali ini dimulai di pintu Komet Minor, melanjutkan pemburuan senjata pusaka yang dimulai di buku Komet. Jadi bisa dikatakan petualangan berlomba dengan Tanpa Mahkota lebih membutuhkan banyak waktu dibanding dengan petualangan lainnya. Mungkin karena bagian ini lah puncak masalahnya.
Kali ini saya tidak akan mengulas banyak isi cerita, takut keterusan dan berakhir menjadi spoiler. Saya lebih tertarik mengungkap alasan kenapa tidak bosan membaca seri Bumi ini yang entah kapan selesainya.
Di tengah meledaknya novel-novel remaja beraliran romansa, Tere Liye tetap setia mengusung tema yang beda, berani dan terdidik, yang jika menurut saya, buku-bukunya memang layak dipajang di rak perpustakaan sekolah. Bukan berarti buku lain tidak layak, hanya saja saya memang memimpikan anak-anak remaja mencontohi keteguhan Raib, ketangguhan Seli, dan ketenangan Ali.
Sebenarnya beberapa menganggap semua seri Bumi tidak cocok untuk remaja dari segi bahasa, mungkin karena gaya tulisan Tere Liye yang memang tidak akan sama dengan Pidi Baiq atau Rintik Sedu, tapi itu tergantung dari selera pembacanya, toh di buku ini saya sama sekali tidak menemukan istilah berat seperti di buku Negeri Para Bedebah, Negeri di Ujung Tanduk atau Tentang Kamu.
Salah satu bukti Tere Liye cukup perhatian dengan tren remaja di buku ini adalah adanya istilah ‘galau’ dan ‘baperan’ yang dimunculkan oleh Batozar. Oh, ngomong-ngomong soal Batozar, manusia seram ini ternyata sudah bisa melucu, bahkan kalimatnya tidak terbolak-balik lagi. Dan yang lebih jelas, dia semakin badas! Super badas, kata Ali.
Ali? Ada fakta baru tentang cowok ketombean ini. Tentang asal-usul keluarganya. Tentang asal-usul kekuatannya. Sementara itu Raib masih bingung siapa orangtua kandungnya.
“Apa itu definisi keluarga? Aku tidak tahu. Aku lebih memilih menjalaninya. Mengusir rasa takut kehilangan. Mengusir rasa takut pulang, takut menyingkap semua masa lalu. Atau mengusir rasa takut jika esok lusa kekecewaan akan datang. Mengusir semuanya, lantas memeluknya dengan erat. Maka hari ini, inilah keluargaku. Aku menjalaninya, tidak akan pernah pusing apa definisinya. Itulah keluarga menurutku.” (Halaman 283)
Ali benar, kebanyakan dari kita terlalu memusingkan suatu defenisi, sesuatu yang rumit, padahal kita bisa tinggal menjalaninya saja. Apalah arti definisi, jika hakikatnya bisa kita rasakan? 

Buku ini rupanya bukan seri terakhir, menurut bocoran dari Tere Liye, masih akan ada Nebula (kisah orangtua Raib), Proxima Centauri (dengan tokoh-tokoh yang berbeda) dan si Putih (kucing kesayangan Raib). Semoga seri berikutnya tidak mengecewakan. Hehe.
Selain mengajarkan persahabatan sejati, pengorbanan, dan ketulusan, buku ini juga memberikan hiburan tersendiri, apalagi untuk pembaca yang menyukai genre fantasi. Meskipun buku ini berada di segmen remaja, kamu yang menyukai cerita petualangan tidak ada salahnya untuk membaca. Tidak perlu membeli, cukup meminjam buku dari teman, atau di perpustakaan online. Seperti kata penulisnya, dia tidak akan bangkrut jika kamu tidak membeli buku-bukunya.  
Selamat membaca!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar