Rabu, 22 Februari 2017

[Review] Tiger on My Bed-Christian Simamora


Judul   : Tiger on My Bed
Penulis : Christian Simamora
Editor : Dini Saraswati
Designer Sampul : Dwi Anissa Anindhika
Penerbit : Twigora

“UNTUK MENARIK PERHATIAN LAWAN JENISNYA, HARIMAU BETINA BISA MERAUNG SAMPAI 69 KALI SELAMA 15 MENIT.”
Jai harus mengakui, Talita koum Vimana membuatnya penasaran. Dia duduk di pangkuan Jai, membuai dengan suara tawanya, dan bahkan tanpa ragu mengkritik kemampuannya merayu lawan jenis. Hebatnya lagi, semuanya terjadi bahkan sebelum Jai resmi berkenalan dengan Tal.
“SELAYAKNYA TARIAN , HARIMAU JANTAN DAN BETINA MELAKUKAN KONTAK FISIK SATU SAMA LAIN, DISERTAI SUARA RAUNGAN DAN GERAMAN.”
Jujur saja, alasan utama Tal mendekati Jai justru karena dia sama sekali bukan tipe idealnya. Dia dipilih karena alasan shallow; indah dilihat mata, asyik buat diajak make out. Jenis yang bisa dengan gampang ditinggalkan tanpa harus merasa bersalah.
“TAHUKAH KAMU, SETELAH PROSES KAWIN SELESAI, HARIMAU JANTAN SELALU MENINGGALKAN BETINANYA?”
Tiger arrangement, begitu keduanya menyebut hubungan mereka. Dan ketika salah satu pihak terpikir untuk berhenti, pihak lain tak boleh merasa keberatan. Jadi dan Tal menikmati sekali hubungan kasual ini. Tak ada tanggung jawab, tak ada penyesalan... sampai salah satu dari mereka jatuh cinta.
Selamat jatuh cinta.

Selama beralih ke penerbit Twigora, ini adalah novel kelima Bang Chris yang aku baca. Dan sama dengan novel-novel sebelumnya, aku tertarik membeli karena bagian blurb-nya yang memang menarik. Ya, walau aku yakin aku akan tetap membelinya sekalipun cover belakang novelnya kosong. Hahaha... ini Bang Chris loh, penulis yang sukses mewujudkan impian para cewek walau sekadar berwujud fiksi.
Berkisah tentang Talita a.k.a Tal yang patah hati akibat penghianatan tunangannya, berkat usulan Fika, salah satu sahabatnya, dia mencari rebound untuk membuat lukanya menghilang. Sayang sekali, cowok a.k.a Jai yang dijadikan rebound-nya justru membuatnya terlena sehingga memunculkan suatu perasaan yang tidak dipikirkan sebelumnya. Perasaan yang dengan bodohnya tidak ingin diakuinya.
Berbeda dengan Tal, sejak awal Jai memang tampak mempunyai indikasi yang berbeda dengannya. Cowok itu tidak pernah takut mengatakan ketertarikannya kepada Tal, walau tetap ragu melangkah lebih jauh karena perjanjian mereka dan traumanya di masa lalu. Ternyata laki-laki itu pun pernah mengalami yang namanya patah hati.
Selama membaca novel ini, aku tidak pernah berhenti gemas oleh karakter Tal. Benar-benar tidak mengerti dengan apa yang cewek ini inginkan. Kalau biasanya aku selalu simpati kepada tokoh cewek dalam karya-karya Bang Chris, di sini justru sebaliknya, aku lebih simpati dan berpihak kepada Jai. Saking gemasnya, aku baca novel ini sambil teriak-teriak sendiri, “bodoh banget nih cewek!”. Berkat Tal, quote populer yang entah dari mana sumbernya macam ‘cewek selalu benar’ jadi tidak ada apa-apanya. Tidak benar sama sekali! Well, jika memang Bang Chris ingin memberi kesan ‘menggemaskan’ kepada Talita, aku acungkan empat jempol kepadanya. Tercapai banget!
Bang Chris kembali menggunakan point of view tiga di karyanya kali ini, dan sama dengan novel sebelumnya, pemilihan sudut pandang pengarang tidak lantas membuat penceritaan karakter tokohnya jadi mati. Tokoh Tal sangat terasa (Aku sudah mengatakan kalau dia menggemaskan, bukan?), begitupula dengan Jai. Lengkap dengan segala aksesoris-aksesoris sebagai pendukung karakter yang terasa pas, mendukung penggambarannya semakin ngena’.
Gaya bahasa yang digunakan juga masih terasa lincah, nge-pop dan tidak kejur alias kaku. Licin banget kayak belut! Membaca karya-karyanya juga bikin aku banyak belajar. Ada aja hal baru yang aku dapatkan di setiap membaca novelnya. Risetnya itu loh, mancap! Hahaha.... Aku rasa gaya Bang Chris ini tidak ada duanya, dan itulah alasan kenapa aku masih setia jadi pembacanya hingga sekarang.
Ada hal yang mengejutkan yang aku dapatkan dalam novel ini, yaitu sedikit fakta tentang buaya.
“Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan selama sepuluh tahun, ditemukan fakta tujuh puluh persen buaya betina kembali lagi ke buaya jantan yang sama untuk bereproduksi. Dan itu konsisten terjadi dari tahun ke tahun.” (Halaman 276)
Lalu kalau faktanya seperti itu, filosofi seperti apa yang menyebabkan ‘buaya darat’ dijadikan konotasi tukang selingkuh? Hahaha.... mari kita cari bersama.
 Di antara puluhan dialog— atau ratusan? (Sori, aku nggak hitung)—di dalam buku ini, aku paling suka dialog di bawah ini:
“Gue masih nggak habis pikir, lo masih aja in denial kayak gitu.” Jai menggeleng sedih. “Tapi terserah. Gue akan bilang ini sekali aja: gue nggak akan meminta apalagi memohon. Tapi begitu lo berbalik dan keluar dari pintu itu, gue nggak akan pernah mengharapkan lo untuk bersama gue lagi.”
Mata Tal terbelalak. “gue nggak salah dengar, tadi itu... ancaman kan?”
“Lo juga nggak perlu bilang apa-apa selain kembali ke tempat tidur ini dan bertahan sama gue sampai esok pagi.”
“Seumur-umur baru kali ini gue dipaksa—”
“Gue nggak lagi maksain kehendak.” Sekali lagi, cowok itu menggeleng. “Gue hanya menolak patah hati untuk kedua kalinya karena orang yang sama.” (Halaman 371)
Sumpah, Jai itu COWOK banget! Cewek kayak Tal emang seharusnya digituin, bandel, sih! Kekekekeke....
Oke. Aku rasa ulasannya cukup sampai di sini. Aku nggak mau terjadi spoiler di antara kita. Jadi, dengan senang hati aku memberi bintang sebanyak lima pada buku ini. Yuhhuuu!!!
Sampai jumpa di review buku Bang Chris yang laiiiiinnnn....
Salam PUPUNEWE CIWIKEKE-nya Abang. J


  





Tidak ada komentar:

Posting Komentar