Selasa, 21 Februari 2017

[Review] Meet Lame-Christian Simamora


Judul   : Meet Lame
Penulis : Christian Simamora
Editor : Prisca Primasari
Designer Sampul : Dwi Anissa Anindhika
Penerbit : Twigora

Dear all,
Saat ini, aku sedang terlibat perasaan dengan dua orang cowok sekaligus.
JANIEL
Bahkan sampai detik ini pun, Janiel masih belum ada tanda-tanda ngeh mengenai betapa patah hatinya aku karenanya. Yah, aku memang nggak ada rencana untuk memberi tahu sih—buat apa juga? Memangnya situasi bakal berubah? Memangnya Janiel punya perasaan terpendam juga padaku sehingga pernyataan cintaku itu mendorongnya untuk memutuskan Putri dan memacariku?

DANIEL
Di hari perpisahan itu, aku melakukan sesuatu yang percuma juga untuk aku sesali. Daniel Kelvin Vincensius—itu nama panjangnya—mencuri ciuman dan keperawananku pada hari yang sama. Meninggalkan Indonesia beberapa jam kemudian. Membiarkan aku bertanya-tanya tentang arti kebersamaan singkat itu selama bertahun-tahun... sampai akhirnya aku capek sendiri.

JANIEL atau DANIEL
Atau lebih baik nggak dua-duanya saja? Aku lagi nggak kepengen bermain-bermain dengan perasaan dan kebahagianku sendiri. Apalagi karena kamu dan aku sama-sama tahu: love hurts, love gives you pain.

You know what... FUCK LOVE! Maybe this is for the best. Sekian dan terima kasih.

Tertanda,

AKU YANG LAGI STRES SENDIRI


Berbicara mengenai karya Bang Chris, aku langsung ngebayangin tokoh-tokoh yang glamour dalam setting metropolitan. Penggunaan bahasa yang ngepop banget dan fleksibel. Ceritanya yang ‘cewek banget’ dan romantis pakai banget pula. Selama mengusung genre dewasa, ada beberapa yang nggak bisa lepas dari karyanya, yaitu cerita yang ditaburi unsur erotis, tapi Bang Chris tetap tidak pernah lupa kok memberi cap ‘NOVEL DEWASA’ di cover belakangnya. Jadi masih amanlah. Hehehe....
Dalam Meet Lame ini, aku menemukan perbedaan dari beberapa novel Bang Chris sebelumnya. Seingatku, selama aku membaca karya Bang Chris (kecuali Shit Happens yang memang belum aku baca), aku selalu menemukan penggunaan point of view tiga dalam menyampaikan cerita, namun di Meet Lame ini sendiri, cerita disampaikan dalam point of view dengan tokoh ‘Aku’ yang tidak diberi nama. Wah, aku sendiri membayangkan bagaimana tantangan seorang penulis yang tidak memberi nama kepada karakter utamanya hingga akhir.
Bercerita ‘Aku’ yang menyukai dua laki-laki sekaligus. Janiel yang menjadi cinta diam-diamnya, dan Daniel yang mencuri milik paling berharganya di masa lalu. Kemunculan kembali dua laki-laki yang nyaris bersamaan itu membuat ‘Aku’ kelabakan dengan perasaannya sendiri. ‘Aku’ menginginkan Janiel untuk membalas perasaannya, namun di sisi lain ‘Aku’ juga masih tidak dapat menghilangkan kenangan yang diciptakan Daniel untuknya. Kalau meminjam lagu Afgan, ‘Aku’ mengalami Cinta Dua Hati, jatuh di dua hati.
Selama membaca Meet Lame ini, aku juga nyaris dibuat plin-plan oleh tokoh Janiel dan Daniel. Janiel yang terkesan sebagai cowok baik-baik, cakep dan romantis menjadi idaman para cewek, sedangkan Daniel yang digambarkan brengsek di awal kemunculannya mendadak menjadi sosok yang ‘diinginkan’ karena imej bad boy-nya. Namun aku yakin, setiap pembaca memiliki selera yang beda soal cowok idaman. Jadi memilih antara Janiel dan Daniel tergantung selera pula.
Yang beda lagi dalam Meet Lame ini adalah pemilihan karakter cewek yang di luar kebiasaan penulis. Kali ini, entah karena alasan apa, penulis menggambarkan ‘Aku’ sebagai cewek yang curvy. Tidak seperti Cindy, Reina dan Kendra yang pastinya pembaca setia Bang Chris tahu memiliki pesona yang berbeda. Namun hal itu tidak menjadi halangan untuk aku membayangkan sosok yang berbeda pula. Meskipun Bang Chris menjadikan Denise Bidot sebagai ‘Aku’ pada fitur cast di wattpadnya, aku justru membayangkan sosok Nina Dobrev di saat season terakhirnya di serial The Vampire Diaries. Mungkin karena salah satu ilustrasi dalam novel ini menampilkan wajah ‘Aku’ mirip dengan Elena Gilbert, komplit dengan gaya ‘Aku’, Daniel dan Janiel yang seolah berjalan mengejar sesuatu yang persis sama dalam salah satu poster The Vampire Diaries. Hehehe... Ini menurut aku lho, jadi kalau rada ngawur, ya dimaklumi.
Uhm... secara keseluruhan, aku suka sama Meet Lame ini. Entah kenapa konflik di dalamnya membuat aku jadi melihat sosok-sosok karakternya yang begitu nyata. Aku bahkan bertanya sendiri, “Kalau aku punya masalah percintaan seperti ‘Aku’, aku bakal ngambil keputusan yang sama, nggak?”
Well, sampai di sini cuap-cuap aku. Aku memberi bintang sebanyak empat kepada novel ini. Bagaimana pun juga aku masih merasa ada beberapa yang nggak sesuai maunya aku (bukan berarti jelek lho, ya?). Ini kembali lagi ke masalah selera. Meski begitu, aku jamin novel ini wajib koleksi, karena sama dengan novelnya yang lain, Bang Chris sukses membuat aku tidak cukup sekadar membaca sekali. Aku akan membaca kali kedua, ketiga dan seterusnya.
Sampai jumpa di review buku Bang Chris yang laiiiiinnnn....
Salam PUPUNEWE CIWIKEKE-nya Abang. J



Tidak ada komentar:

Posting Komentar