Judul : Meet Lame
Penulis : Christian Simamora
Editor : Prisca Primasari
Designer Sampul : Dwi Anissa Anindhika
Penerbit : Twigora
Dear all,
Saat ini, aku sedang terlibat perasaan dengan dua orang cowok
sekaligus.
JANIEL
Bahkan sampai
detik ini pun, Janiel masih belum ada tanda-tanda ngeh mengenai betapa patah
hatinya aku karenanya. Yah, aku memang nggak ada rencana untuk memberi tahu
sih—buat apa juga? Memangnya situasi bakal berubah? Memangnya Janiel punya
perasaan terpendam juga padaku sehingga pernyataan cintaku itu mendorongnya
untuk memutuskan Putri dan memacariku?
DANIEL
Di hari
perpisahan itu, aku melakukan sesuatu yang percuma juga untuk aku sesali.
Daniel Kelvin Vincensius—itu nama panjangnya—mencuri ciuman dan keperawananku
pada hari yang sama. Meninggalkan Indonesia beberapa jam kemudian. Membiarkan
aku bertanya-tanya tentang arti kebersamaan singkat itu selama
bertahun-tahun... sampai akhirnya aku capek sendiri.
JANIEL atau
DANIEL
Atau lebih baik
nggak dua-duanya saja? Aku lagi nggak kepengen bermain-bermain dengan perasaan
dan kebahagianku sendiri. Apalagi karena kamu dan aku sama-sama tahu: love
hurts, love gives you pain.
You know what... FUCK LOVE! Maybe this is for the best. Sekian dan terima kasih.
Tertanda,
AKU YANG LAGI
STRES SENDIRI
Berbicara
mengenai karya Bang Chris, aku langsung ngebayangin tokoh-tokoh yang glamour
dalam setting metropolitan. Penggunaan bahasa yang ngepop banget dan fleksibel.
Ceritanya yang ‘cewek banget’ dan romantis pakai banget pula. Selama mengusung
genre dewasa, ada beberapa yang nggak bisa lepas dari karyanya, yaitu cerita
yang ditaburi unsur erotis, tapi Bang Chris tetap tidak pernah lupa kok memberi
cap ‘NOVEL DEWASA’ di cover belakangnya. Jadi masih amanlah. Hehehe....
Dalam Meet Lame
ini, aku menemukan perbedaan dari beberapa novel Bang Chris sebelumnya.
Seingatku, selama aku membaca karya Bang Chris (kecuali Shit Happens yang
memang belum aku baca), aku selalu menemukan penggunaan point of view
tiga dalam menyampaikan cerita, namun di Meet Lame ini sendiri, cerita
disampaikan dalam point of view dengan tokoh ‘Aku’ yang tidak diberi
nama. Wah, aku sendiri membayangkan bagaimana tantangan seorang penulis yang
tidak memberi nama kepada karakter utamanya hingga akhir.
Bercerita ‘Aku’
yang menyukai dua laki-laki sekaligus. Janiel yang menjadi cinta diam-diamnya,
dan Daniel yang mencuri milik paling berharganya di masa lalu. Kemunculan
kembali dua laki-laki yang nyaris bersamaan itu membuat ‘Aku’ kelabakan dengan
perasaannya sendiri. ‘Aku’ menginginkan Janiel untuk membalas perasaannya, namun
di sisi lain ‘Aku’ juga masih tidak dapat menghilangkan kenangan yang
diciptakan Daniel untuknya. Kalau meminjam lagu Afgan, ‘Aku’ mengalami Cinta
Dua Hati, jatuh di dua hati.
Selama membaca
Meet Lame ini, aku juga nyaris dibuat plin-plan oleh tokoh Janiel dan Daniel.
Janiel yang terkesan sebagai cowok baik-baik, cakep dan romantis menjadi idaman
para cewek, sedangkan Daniel yang digambarkan brengsek di awal kemunculannya mendadak
menjadi sosok yang ‘diinginkan’ karena imej bad boy-nya. Namun aku
yakin, setiap pembaca memiliki selera yang beda soal cowok idaman. Jadi memilih
antara Janiel dan Daniel tergantung selera pula.
Yang beda lagi
dalam Meet Lame ini adalah pemilihan karakter cewek yang di luar kebiasaan
penulis. Kali ini, entah karena alasan apa, penulis menggambarkan ‘Aku’ sebagai
cewek yang curvy. Tidak seperti Cindy, Reina dan Kendra yang pastinya
pembaca setia Bang Chris tahu memiliki pesona yang berbeda. Namun hal itu tidak
menjadi halangan untuk aku membayangkan sosok yang berbeda pula. Meskipun Bang
Chris menjadikan Denise Bidot sebagai ‘Aku’ pada fitur cast di
wattpadnya, aku justru membayangkan sosok Nina Dobrev di saat season
terakhirnya di serial The Vampire Diaries. Mungkin karena salah satu ilustrasi
dalam novel ini menampilkan wajah ‘Aku’ mirip dengan Elena Gilbert, komplit
dengan gaya ‘Aku’, Daniel dan Janiel yang seolah berjalan mengejar sesuatu yang
persis sama dalam salah satu poster The Vampire Diaries. Hehehe... Ini menurut
aku lho, jadi kalau rada ngawur, ya dimaklumi.
Uhm... secara
keseluruhan, aku suka sama Meet Lame ini. Entah kenapa konflik di dalamnya
membuat aku jadi melihat sosok-sosok karakternya yang begitu nyata. Aku bahkan
bertanya sendiri, “Kalau aku punya masalah percintaan seperti ‘Aku’, aku bakal
ngambil keputusan yang sama, nggak?”
Well, sampai di
sini cuap-cuap aku. Aku memberi bintang sebanyak empat kepada novel ini.
Bagaimana pun juga aku masih merasa ada beberapa yang nggak sesuai maunya aku
(bukan berarti jelek lho, ya?). Ini kembali lagi ke masalah selera. Meski
begitu, aku jamin novel ini wajib koleksi, karena sama dengan novelnya yang
lain, Bang Chris sukses membuat aku tidak cukup sekadar membaca sekali. Aku
akan membaca kali kedua, ketiga dan seterusnya.
Sampai jumpa di
review buku Bang Chris yang laiiiiinnnn....
Salam PUPUNEWE
CIWIKEKE-nya Abang. J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar