Bahkan Permen Nano-nano Tidak Mampu Mewakili Kronik Kehidupan Audy
Keterangan buku
Penulis :
Orizuka
Penyunting : Tia Widiana
Cover
desainer dan illustrator : Bambang
‘Bambi’ Gunawan
Proofreader : Yuli Yono
Jumlah
Halaman : 320 Hlm;
19 cm
Penerbit : Penerbit
Haru
Tahun
Terbit :
2013
Hai.
Namaku Audy. Umurku 22 tahun. Hidupku tadinya biasa-biasa saja, sampai kedua
orangtuaku jatuh bangkrut karena ditipu.
Aku
hanya tinggal selangkah lagi menuju gelarku sarjanaku. Selangkah lagi! tapi
kedua orangtuaku rupanya tega merusak momen itu.
Jadi
sekarang, di sinilah aku berada. Di rumah aneh yang dihuni oleh 4 bersaudara
yang sama anehnya. Regan, Romeo, Rex dan Rafael.
Aku,
yang awalnya berpikir akan bekerja sebagai babysitter, dijebak oleh kontrak
sepihak dan malah dijadikan pembantu.
Terdengar
klise? Mungkin, bagimu. Bagiku? Musibah!
Ini,
adalah kronik dari kehidupanku yang mendadak jadi ribet.
Kronik
dari seorang Audy.
Oke. 4R ini merupakan buku seri pertama The
Chronicles of Audy. Waktu membeli dan selesai membacanya, aku tidak pernah tahu
akan berakhir dengan empat seri. Aku mengira buku ini akan diselesaikan dengan
dua seri saja. Namun karena buku ini akan kuulas, jadi sepertinya aku harus
bersusah payah untuk tidak membandingkan seri ini dengan seri lainnya dulu.
Buku ini adalah ‘anak sulung’, jadi
sekarang mari kita membahas dan memperlakukannya sebagai anak pertama yang
belum memiliki ‘adik’. Hehe…
Uhm. Kita mulai dari kehidupan Audy Nagisa. Seperti
yang ditampilkan di bagian blurbs-nya,
Audy mendapat kesialan bertubi-tubi. Dari orangtuanya yang kena tipu,
pembayaran kos-nya yang ngadat, dan skripsinya yang belum jelas penampakannya.
Masalah itu membuatnya mencari jalan keluar secepatnya, dan sepertinya doanya
terkabul dengan segera. Dia bisa menyelesaikan segala tetek-bengek kampusnya
dengan menjadi babysitter di rumah
4R.
Awalnya Audy merasa keberuntungan yang menerpanya
adalah sebuah keajaiban, namun melihat bagaimana 4R memperlakukannya,
sepertinya keberuntungannya mendadak berubah menjadi kesialan yang tidak
berujung. Dan di sinilah awal kronik kehidupan seorang Audy Nagisa.
R1: Regan yang dikirainya adalah Constantine a.k.a
Keanu Reeves memanfaatkan profesinya dengan menjebaknya. Audy yang memang jatuh
cinta pada pandangan pertama tidak kuasa menolak pesona cowok itu hingga tanpa
disadari dia terjebak oleh sebuah kontrak sialan yang disesalinya di kemudian hari.
R2: Romeo. Cowok ketombean, paling konyol, norak dan
jarang mandi di antara saudara lainnya melakukan suatu kesalahan yang membuat
Audy merana dalam sekejap. Audy begitu keki kepadanya. Ya…, karena Romeo hidup
dengan santai dan tidak memiliki peran penting di keluarga itu, tentu saja selain
membiarkan Rafael (R4) mengonsumsi majalah playboy
dan mengajarinya memasang bom.
R3: Rex. Cowok super genius yang pernah Audy lihat
secara langsung selama hidupnya. Tidak hanya sampai di situ, Rex yang berbau peppermint juga ahli dalam memasak,
membuat Audy merasa bukanlah apa-apa jika berada di dekatnya. Dan seakan hidup
Audy belumlah cukup rumit, Rex menambahkan sebuah fakta yang membuat Audy patah
hati dalam sekejap.
R4: Rafael. Balita yang sangat jauh berbeda dengan
balita pada umumnya ini adalah penyebab Audy bertemu dengan 4R. Rafa yang juga
mendapatkan gen sempurna harus bergaya hidup layaknya orang dewasa karena
pengaruh kakak-kakaknya. Dia tidak suka mainan anak-anak, tontonannya pun bukan
tontonan yang wajar untuk anak seumurannya. Yang paling bikin Audy ngeri,
Rafael ini tidak memiliki sisi sopan sedikit pun. Tidak terkecuali kepadanya.
Selama membaca The Chronicles of Audy : 4R ini
sepertinya aku tidak pernah memasang ekspresi datar. Ceritanya benar-benar
membuatku ikut hanyut dan benar-benar merasakan kehadiran Audy dan 4R. Karakter
Audy yang benar-benar bodoh, konyol dan tidak berhenti mempermalukan dirinya
sendiri membuatku tidak peduli dengan sekitar sampai aku menyadari bahwa novel
ini telah selesai kubaca. Betul kata Rex, keajaiban apa yang membuatnya bisa
kuliah di Universitas Gadjah Mada?
Di bawah ini beberapa dialog yang membuktikan kekonyolan Audy:
“Audy”
tanya Rega, matanya masih terpaku pada isi mangkuk. “Apa tadi aku bilang sayur
asem?”
“Iya,”
jawabku pelan, tahu persis arah pembicaraan ini.
“Terus…,
ini apa?” tanyanya lagi sambil menatapku bingung.
“Sayur
asem?” jawabku coba-coba.
“Asal
kamu dari mana sih?” Romeo ikut bertanya.
“Dari
Serang.”
“Sayur
asem di Serang pakai kecap?” tanya Romeo lagi, membuatku meringis. Memangnya
untuk membuat warna kuahnya jadi kehitaman pakai apa lagi? (Halaman
109)
Serius. Aku yang bukan orang Jawa atau daerah mana
pun sayur asem berasal, ngakak sengakak-ngakaknya baca bagian ini, namun
lucunya, di antara tawaku, seketika aku begitu simpati dengan nasib dan keadaan
otak Audy. Hahaha.
Selanjutnya Rex. Karakter Rex yang selalu ngomong
tanpa basa-basi dan agak nyelekit
seakan membungkam Romeo yang pembawaannya santai bagai di pantai, juga bisa
menutupi kekurangan Audy yang seperti… itulah. Ada kutipan dari dialog Rex yang
bikin aku pengin nabok tapi nggak tega.
“Mungkin
kakak saya yang pasang,” kata suara itu setelah beberapa lama, nyaris tanpa
aksen. “HP kakak saya ketinggalan.”
“Oh,”
ucapku setelah berdeham kecil. “Kalo gitu, boleh saya minta alamat rumahnya?”
“Untuk
apa?” tanya suara itu lagi.
Aku
berusaha untuk tidak berteriak. “Untuk…, ya, saya mau melamar….”
“Melamar
kakak saya?” sambarnya, membuat mulutku terbuka lebar. Tapi sebelum aku sempat berkomentar,
dia sudah lebih dulu berkata dengan nada datar, “bercanda.” (Halaman
48)
Oke. Karena aku ingin membuat pembaca review ini
penasaran, maka sampai di sini intip-intipnya. Aku hanya ingin bilang, bahwa
membaca buku ini tidak ada ruginya, apalagi membelinya.
Orizuka memang tidak pernah mengecewakan pembacanya,
baik itu genre komedi romance seperti buku ini, maupun genre lainnya. Dia
seolah memiliki magic dalam setiap karya yang entah bagaimana caranya selalu
bisa diselipi dengan humor yang jenaka.
Membaca perjalan hidup Audy di sini, membuatku tahu
kenapa buku ini diberi judul The Chronicles of Audy. Ya… karena kehidupan Audy
memang benar-benar kronik. Terus-menerus. Tidak hilang-hilang. Tapi yang
membuatku salut, kisah dalam novel ini diceritakan dengan mengalir, apa adanya,
dan sewajarnya. Pokoknya jauh dari kesan sinetron.
Diksinya selalu pas. Tidak kurang dan tidak lebih.
Mungkin itulah yang membuat karya-karya Orizuka selalu ringan walau dengan tema
yang rumit. Percaya, membaca buku ini bisa membuatmu lepas dari stres walau
sejenak.
Uhm, sampulnya lucu, unik dan menarik. Aku tidak
tega membiarkan novel ini berjejer di rak bukuku tanpa kubungkus plastik
terlebih dahulu. Sayang banget, soalnya. Hihihi.
Karena ending yang masih belum selesai menurut
versiku, aku memberi bintang sebanyak empat. Namun jangan khawatir, aku sangat
menyarankanmu untuk membaca karya ini, apalagi bagi kamu yang sudah remaja,
ugh! Kamu banget, deh! Isinya tidak akan membuatmu merasa rugi jika karena
membelinya, uang jajanmu jadi berkurang. Atau justru kering?
Kronik hidup seorang Audy Nagisa sayang baget jika dilewatkan, apalagi (aku
kasih bocoran sekali lagi) 4R cakep-cakep, lhooooo!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar