Jumat, 05 Agustus 2016

[Review] The Chronicles of Audy: 4R-Orizuka





Bahkan Permen Nano-nano Tidak Mampu Mewakili Kronik Kehidupan Audy


Keterangan buku
Penulis                                        : Orizuka
Penyunting                                 : Tia Widiana
Cover desainer dan illustrator    : Bambang ‘Bambi’ Gunawan
Proofreader                                : Yuli Yono
Jumlah Halaman                         : 320 Hlm; 19 cm
Penerbit                                      : Penerbit Haru
Tahun Terbit                               : 2013




Hai. Namaku Audy. Umurku 22 tahun. Hidupku tadinya biasa-biasa saja, sampai kedua orangtuaku jatuh bangkrut karena ditipu.
Aku hanya tinggal selangkah lagi menuju gelarku sarjanaku. Selangkah lagi! tapi kedua orangtuaku rupanya tega merusak momen itu.
Jadi sekarang, di sinilah aku berada. Di rumah aneh yang dihuni oleh 4 bersaudara yang sama anehnya. Regan, Romeo, Rex dan Rafael.
Aku, yang awalnya berpikir akan bekerja sebagai babysitter, dijebak oleh kontrak sepihak dan malah dijadikan pembantu.
Terdengar klise? Mungkin, bagimu. Bagiku? Musibah!
Ini, adalah kronik dari kehidupanku yang mendadak jadi ribet.
Kronik dari seorang Audy.


Oke. 4R ini merupakan buku seri pertama The Chronicles of Audy. Waktu membeli dan selesai membacanya, aku tidak pernah tahu akan berakhir dengan empat seri. Aku mengira buku ini akan diselesaikan dengan dua seri saja. Namun karena buku ini akan kuulas, jadi sepertinya aku harus bersusah payah untuk tidak membandingkan seri ini dengan seri lainnya dulu. Buku ini adalah ‘anak sulung’,  jadi sekarang mari kita membahas dan memperlakukannya sebagai anak pertama yang belum memiliki ‘adik’. Hehe…
Uhm. Kita mulai dari kehidupan Audy Nagisa. Seperti yang ditampilkan di bagian blurbs-nya, Audy mendapat kesialan bertubi-tubi. Dari orangtuanya yang kena tipu, pembayaran kos-nya yang ngadat, dan skripsinya yang belum jelas penampakannya. Masalah itu membuatnya mencari jalan keluar secepatnya, dan sepertinya doanya terkabul dengan segera. Dia bisa menyelesaikan segala tetek-bengek kampusnya dengan menjadi babysitter di rumah 4R.
Awalnya Audy merasa keberuntungan yang menerpanya adalah sebuah keajaiban, namun melihat bagaimana 4R memperlakukannya, sepertinya keberuntungannya mendadak berubah menjadi kesialan yang tidak berujung. Dan di sinilah awal kronik kehidupan seorang Audy Nagisa.
R1: Regan yang dikirainya adalah Constantine a.k.a Keanu Reeves memanfaatkan profesinya dengan menjebaknya. Audy yang memang jatuh cinta pada pandangan pertama tidak kuasa menolak pesona cowok itu hingga tanpa disadari dia terjebak oleh sebuah kontrak sialan yang disesalinya di kemudian hari.
R2: Romeo. Cowok ketombean, paling konyol, norak dan jarang mandi di antara saudara lainnya melakukan suatu kesalahan yang membuat Audy merana dalam sekejap. Audy begitu keki kepadanya. Ya…, karena Romeo hidup dengan santai dan tidak memiliki peran penting di keluarga itu, tentu saja selain membiarkan Rafael (R4) mengonsumsi majalah playboy dan mengajarinya memasang bom.
R3: Rex. Cowok super genius yang pernah Audy lihat secara langsung selama hidupnya. Tidak hanya sampai di situ, Rex yang berbau peppermint juga ahli dalam memasak, membuat Audy merasa bukanlah apa-apa jika berada di dekatnya. Dan seakan hidup Audy belumlah cukup rumit, Rex menambahkan sebuah fakta yang membuat Audy patah hati dalam sekejap.
R4: Rafael. Balita yang sangat jauh berbeda dengan balita pada umumnya ini adalah penyebab Audy bertemu dengan 4R. Rafa yang juga mendapatkan gen sempurna harus bergaya hidup layaknya orang dewasa karena pengaruh kakak-kakaknya. Dia tidak suka mainan anak-anak, tontonannya pun bukan tontonan yang wajar untuk anak seumurannya. Yang paling bikin Audy ngeri, Rafael ini tidak memiliki sisi sopan sedikit pun. Tidak terkecuali kepadanya.
Selama membaca The Chronicles of Audy : 4R ini sepertinya aku tidak pernah memasang ekspresi datar. Ceritanya benar-benar membuatku ikut hanyut dan benar-benar merasakan kehadiran Audy dan 4R. Karakter Audy yang benar-benar bodoh, konyol dan tidak berhenti mempermalukan dirinya sendiri membuatku tidak peduli dengan sekitar sampai aku menyadari bahwa novel ini telah selesai kubaca. Betul kata Rex, keajaiban apa yang membuatnya bisa kuliah di Universitas Gadjah Mada?
Di bawah ini beberapa dialog  yang membuktikan kekonyolan Audy:
“Audy” tanya Rega, matanya masih terpaku pada isi mangkuk. “Apa tadi aku bilang sayur asem?”
“Iya,” jawabku pelan, tahu persis arah pembicaraan ini.
“Terus…, ini apa?” tanyanya lagi sambil menatapku bingung.
“Sayur asem?” jawabku coba-coba.
“Asal kamu dari mana sih?” Romeo ikut bertanya.
“Dari Serang.”
“Sayur asem di Serang pakai kecap?” tanya Romeo lagi, membuatku meringis. Memangnya untuk membuat warna kuahnya jadi kehitaman pakai apa lagi? (Halaman 109)

Serius. Aku yang bukan orang Jawa atau daerah mana pun sayur asem berasal, ngakak sengakak-ngakaknya baca bagian ini, namun lucunya, di antara tawaku, seketika aku begitu simpati dengan nasib dan keadaan otak Audy. Hahaha.  
Selanjutnya Rex. Karakter Rex yang selalu ngomong tanpa basa-basi dan agak nyelekit seakan membungkam Romeo yang pembawaannya santai bagai di pantai, juga bisa menutupi kekurangan Audy yang seperti… itulah. Ada kutipan dari dialog Rex yang bikin aku pengin nabok tapi nggak tega.
“Mungkin kakak saya yang pasang,” kata suara itu setelah beberapa lama, nyaris tanpa aksen. “HP kakak saya ketinggalan.”
“Oh,” ucapku setelah berdeham kecil. “Kalo gitu, boleh saya minta alamat rumahnya?”
“Untuk apa?” tanya suara itu lagi.
Aku berusaha untuk tidak berteriak. “Untuk…, ya, saya mau melamar….”
“Melamar kakak saya?” sambarnya, membuat mulutku terbuka lebar. Tapi sebelum aku sempat berkomentar, dia sudah lebih dulu berkata dengan nada datar, “bercanda.” (Halaman 48)

Oke. Karena aku ingin membuat pembaca review ini penasaran, maka sampai di sini intip-intipnya. Aku hanya ingin bilang, bahwa membaca buku ini tidak ada ruginya, apalagi membelinya.
Orizuka memang tidak pernah mengecewakan pembacanya, baik itu genre komedi romance seperti buku ini, maupun genre lainnya. Dia seolah memiliki magic dalam setiap karya yang entah bagaimana caranya selalu bisa diselipi dengan humor yang jenaka.
Membaca perjalan hidup Audy di sini, membuatku tahu kenapa buku ini diberi judul The Chronicles of Audy. Ya… karena kehidupan Audy memang benar-benar kronik. Terus-menerus. Tidak hilang-hilang. Tapi yang membuatku salut, kisah dalam novel ini diceritakan dengan mengalir, apa adanya, dan sewajarnya. Pokoknya jauh dari kesan sinetron.
Diksinya selalu pas. Tidak kurang dan tidak lebih. Mungkin itulah yang membuat karya-karya Orizuka selalu ringan walau dengan tema yang rumit. Percaya, membaca buku ini bisa membuatmu lepas dari stres walau sejenak.
Uhm, sampulnya lucu, unik dan menarik. Aku tidak tega membiarkan novel ini berjejer di rak bukuku tanpa kubungkus plastik terlebih dahulu. Sayang banget, soalnya. Hihihi.
Karena ending yang masih belum selesai menurut versiku, aku memberi bintang sebanyak empat. Namun jangan khawatir, aku sangat menyarankanmu untuk membaca karya ini, apalagi bagi kamu yang sudah remaja, ugh! Kamu banget, deh! Isinya tidak akan membuatmu merasa rugi jika karena membelinya, uang jajanmu jadi berkurang. Atau justru kering? 
Kronik hidup seorang Audy Nagisa sayang baget jika dilewatkan, apalagi (aku kasih bocoran sekali lagi) 4R cakep-cakep, lhooooo!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar